KONAWE – Bosan menunggu janji, dua Ormas Tolaki yakni Banderano Tolaki dan Ta’awuno Tolaki Anandolaki gelar aksi demo yang bertempat di sekitar PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) tepatnya di Desa Puurui, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Senin (05/04/2021).
Kedua Organisasi tersebut menuntut agar pihak perusahaan segera merealisasikan apa yang sudah menjadi kesepakatan pada saat pihak perusahaan meminta kepada Banderano untuk melakukan pengamanan dan aksi damai saat Tenaga Kerja Lokal (TKL) melakukan aksi demo pada tanggal 14 Desember 2020 lalu.
Ponggawa Banderano Tolaki Hedianto Ismail menjelaskan bahwa saat terjadi aksi demo yang dilakukan oleh Tenaga Kerja Lokal (TKL) pihak perusahaan meminta bantuan kepada kami, saat itu pihak perusahaan menawarkan dana sebanyak Rp. 200 juta. Tapi saya selaku Ponggawa Banderano tidak menerima tawaran dari pihak perusahaan.
“Saya hanya meminta kepada pihak perusahaan agar memberikan ruang kepada kami atau memperdayakan rekan-rekan kami agar bisa ikut bekerja di perusahaan sebagai pengamanan. Dan hal itu disepakati oleh pihak perusahaan,” kata Hedianto.
“Terkait kotrak, pihak perusahaan meminta kepada Pemda Konawe staff keamanan sebanyak 10 (Sepuluh) orang, tapi yang lolos test hanya 6 orang. Namun 4 (Empat) jam setelah tanda tangan kontrak, tiba-tiba pihak perusahaan meminta kembali kontraknya dan mengatakan ada kesalahan informasi dari pihak manajemen dan kami diberikan pilihan pindah ke crew umum atau putus kontrak,” sambungnya.
Namun sampai saat ini lanjut Hedianto, kesepakatan tersebut belum direalisasikan oleh pihak perusahaan, pihak perusahaan hanya memberikan janji yang sampai saat ini belum direalisasikan. Dan lebih ironisnya lagi salah satu Humas dari PT Virtue mengucapkan boleh masuk asal meninggalkan Ormasnya. Dan itu ada rekaman suaranya pada bulan Januari.
“Jadi yang memicu aksi demo hari ini, karena pihak perusahaan sampai saat ini belum merealisasikan kesepakatan yang sudah disepakati. Dan pihak perusahaan terkesan melakukan tindakan arogansi kepada rekan kami yang bekerja di Virtue,” jelasnya.
“Awalnya aksi demo berjalan aman dan tenteram, tapi beberpa jam kemudian pihak perusahaan melakukan pelemparan kepada massa kami. Dan ada rekan kami yang mengalami luka, baik akibat lemparan batu maupun luka akibat benda tajam,” tandasnya.
“Untuk itu kami meminta kepada pihak perusahaan agar merealisasikan apa yang sudah disepakati bersama. Dan meminta kepada pihak perusahaan agar tidak melakukan tindakan-tindakan arogan kepada rekan-rekan kami yang sudah bekerja di Virtue,” pinta Hedianto.
Selain itu ia juga meminta kepada pihak perusahaan dan institusi Polri agar memberhentikan oknum Polisi yang berinisial M karena dinilai tidak lagi menjalankan tupoksinya selaku Aparat Penegak Hukum (APH).
“Aparat kepolisian seharusnya bertugas melindungi, melayani, dan mengayomi masyarakat, tapi oknum inisial M ini justru ikut terlibat dalam manajemen Tenaga Kerja Asing (TKA). Ini kan tidak bisa,” tambahnya.
“Yang kami sesalkan dalam aksi demo tadi, ada yang memakai baju Banderano dan melakukan pemukulan kepada masyarakat yang lewat di jalan Puurui. Kami curiga kalau pelakunya adalah anggota Humas, karena ada 3 (Tiga) anggota Banderano yang saat ini bergabung dalam Humas,” pungkasya.
Dari pantauan media ini aksi demo tersebut dikawal ketat oleh pihak Kepolisian, Brimob Polda Sultra dan TNI.